Retargeting dan Remarketing: Strategi Ampuh Menutup Penjualan

Bagaimana Mengejar Peluang yang Hampir Hilang dan Mengubahnya Menjadi Konversi Nyata
Sebagian besar pengunjung website atau toko online Anda tidak langsung membeli pada kunjungan pertama. Bahkan menurut riset, hanya sekitar 2–4% yang langsung melakukan pembelian. Artinya, 96% sisanya adalah peluang yang bisa hilang begitu saja—kecuali Anda punya strategi untuk mengejar kembali mereka. Inilah pentingnya retargeting dan remarketing.
Bagi marketer yang ingin memaksimalkan efisiensi anggaran dan meningkatkan rasio konversi, memahami perbedaan, manfaat, dan penerapan strategi ini bukan lagi tambahan—melainkan kebutuhan. Artikel ini akan membahas secara menyeluruh bagaimana retargeting dan remarketing bekerja, bagaimana mengimplementasikannya, serta praktik terbaik yang bisa Anda terapkan hari ini.
Apa Itu Retargeting dan Remarketing?
Keduanya sering digunakan secara bergantian, tapi ada perbedaan teknis:
- Retargeting: Menyasar kembali pengunjung website atau aplikasi Anda yang belum melakukan konversi, biasanya melalui iklan display atau media sosial. Contohnya, melihat iklan sepatu yang Anda lihat di toko online saat Anda sedang membuka Instagram.
- Remarketing: Umumnya merujuk pada komunikasi ulang via email. Misalnya, pengingat keranjang belanja atau follow-up setelah pengunjung meninggalkan form pendaftaran.
Meski istilahnya berbeda, tujuannya sama: menghidupkan kembali prospek yang hampir hilang.
Mengapa Strategi Ini Sangat Kuat?
Karena menyasar orang yang sudah kenal brand Anda, strategi ini bekerja dengan pendekatan yang lebih hangat dan relevan. Beberapa manfaat utama:
- Biaya per klik lebih rendah karena targeting lebih spesifik
- Conversion rate lebih tinggi dibanding traffic cold
- Efisien dalam mengarahkan kembali pengguna ke funnel
- Meningkatkan brand recall secara tidak langsung
Dalam banyak kasus, retargeting dapat meningkatkan konversi hingga 3-5x lipat dibanding campaign awareness biasa.
Kapan Anda Harus Melakukan Retargeting?
Gunakan retargeting saat pengguna telah:
- Mengunjungi halaman produk tapi belum membeli
- Mengisi keranjang tapi tidak checkout
- Melihat halaman promo/event tertentu
- Membaca konten blog atau melihat video, tapi belum mengambil tindakan
- Mengikuti akun media sosial Anda tanpa pernah klik tautan
???? Tips: Semakin spesifik perilaku pengguna yang Anda retarget, semakin relevan pesan yang bisa Anda sampaikan.
Format dan Channel Retargeting Populer
1. Google Display Network (GDN)
Menampilkan iklan visual Anda di ribuan website yang tergabung di jaringan Google. Cocok untuk membangun kembali awareness setelah kunjungan pertama.
2. Facebook & Instagram Retargeting
Menggunakan Meta Pixel untuk menampilkan iklan kepada pengguna yang sudah berinteraksi dengan website, konten, atau produk Anda.
3. YouTube Remarketing
Menayangkan iklan video kepada pengguna yang pernah menonton video Anda, subscribe channel, atau mengunjungi situs Anda.
4. WhatsApp & Email Remarketing
Mengirim pesan atau email otomatis kepada pengguna yang:
- Meninggalkan keranjang
- Belum menyelesaikan form
- Belum menyelesaikan transaksi
Segmentasi Retargeting yang Efektif
Segmentasi sangat penting agar pesan yang Anda kirim terasa personal dan relevan. Berikut beberapa contoh segmentasi retargeting yang bisa Anda terapkan:
Segmen PenggunaContoh Pesan RetargetingPengunjung halaman produk“Masih tertarik dengan [nama produk]? Dapatkan diskon 10%!”Abandoned cart (keranjang tertinggal)“Checkout sebelum stok habis! Item Anda masih menunggu”Baca blog tapi belum daftar newsletter“Dapatkan lebih banyak tips seperti ini langsung ke email”Pernah beli, tapi tidak reorder“Sudah waktunya isi ulang? Dapatkan cashback spesial!”
Cara Mengaktifkan Retargeting Secara Teknis
- Pasang Pixel / Tag Gunakan Meta Pixel (Facebook), Google Ads Tag, atau TikTok Pixel Tempelkan di header situs Anda untuk melacak semua pengunjung
- Gunakan Meta Pixel (Facebook), Google Ads Tag, atau TikTok Pixel
- Tempelkan di header situs Anda untuk melacak semua pengunjung
- Bangun Custom Audience Di platform iklan, buat audiens berdasarkan halaman yang dikunjungi, waktu terakhir interaksi, atau durasi kunjungan
- Di platform iklan, buat audiens berdasarkan halaman yang dikunjungi, waktu terakhir interaksi, atau durasi kunjungan
- Tentukan Waktu Retargeting Idealnya 3–30 hari setelah kunjungan pertama Waktu yang terlalu lama bisa membuat prospek dingin kembali
- Idealnya 3–30 hari setelah kunjungan pertama
- Waktu yang terlalu lama bisa membuat prospek dingin kembali
- Buat Iklan yang Relevan Gunakan dynamic ads untuk menampilkan produk yang ditinggalkan Sediakan insentif (diskon, bonus, gratis ongkir) untuk mendorong aksi
- Gunakan dynamic ads untuk menampilkan produk yang ditinggalkan
- Sediakan insentif (diskon, bonus, gratis ongkir) untuk mendorong aksi
Remarketing via Email: Sentuhan Pribadi yang Masih Efektif
Meskipun banyak marketer fokus ke paid ads, email remarketing tetap jadi alat konversi yang kuat, khususnya jika dilakukan secara otomatis. Beberapa jenis email yang bisa dikirim:
- Email pengingat keranjang
- Email promosi produk terkait
- Email win-back pelanggan tidak aktif
- Email konten edukasi + penawaran diskon
???? Tips: Gunakan subject line yang menciptakan rasa urgensi dan isi email yang jelas, singkat, serta langsung mengarahkan ke CTA.
Studi Kasus Singkat
Sebuah toko online elektronik menggunakan kombinasi:
- Retargeting via Facebook Ads untuk abandoned cart
- Email follow-up otomatis 1x24 jam setelah penambahan ke keranjang
Hasilnya:
- Conversion rate naik dari 2,5% → 6,1%
- Cost per acquisition (CPA) turun 34%
- 19% dari total penjualan bulan itu berasal dari retargeting
Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
- Menampilkan iklan terlalu lama tanpa frekuensi kontrol → bikin audiens bosan
- Menggunakan pesan yang sama untuk semua pengguna tanpa segmentasi
- Tidak sinkron antara landing page dan iklan
- Tidak mengaktifkan event tracking secara lengkap
Strategi hebat akan gagal jika implementasinya asal-asalan.
Kesimpulan
Retargeting dan remarketing adalah senjata rahasia yang sering diabaikan marketer pemula. Padahal, strategi ini bisa menghidupkan kembali prospek yang sudah hangat, meningkatkan efektivitas biaya iklan, dan mendongkrak konversi dengan dramatis.
Kuncinya terletak pada pemahaman perilaku pengguna, segmentasi yang cerdas, pesan yang personal, serta eksekusi teknis yang rapi. Dengan strategi ini, Anda tidak hanya "mengejar", tapi benar-benar "menggiring" calon pembeli untuk mengambil keputusan.